Pepatah ‘Diam Itu Emas’ harusnya
ditambahkan dengan embel-embel ‘Syarat dan Ketentuan Berlaku’ karena pada
praktiknya, bukan menjadi solusi nomor satu bagi kehidupan manusia yang sudah
ribet dan semakin ribet seperti benang kusut ketika semakin dewasa, apalagi
jika sering berinteraksi dengan dunia luar.
Maksudnya adalah ‘Diam Itu Emas’
akan sangat bermanfaat digunakan dalam keadaan tertentu yang sifatnya mendesak,
di hal yang bukan menjadi urusanmu, yang pada intinya ketika diam kamu akan
terhindar dari masalah yang memang sedari awal seharusnya tidak menjeratmu.
Namun, hal ini tidak selalu bisa dipraktekkan karena kenyataannya semua orang
sudah seharusnya mengungkapkan apa yang ada di pikiran dan isi hatinya ke
dunia. Karena kalau yang ada di pikiranmu hanya ‘Diam Itu Emas’, akibatnya
sebenarnya tidak fatal sampai bikin meninggal, tapi akan membebanimu seumur
hidup dengan nama sebuah penyesalan.
Intinya mereka yang kebanyakan diam
dalam hidupnya, enggan mengungkapkan ide yang dimiliknya, takut menyampaikan apa
yang ia rasakan di dalam hatinya, itu tidak akan ke mana-mana alias berjalan di
tempat. Menyongsong tempat kosong dan meyakinkan pada diri bahwa, “Ah, nggak akan kenapa-napa.
Padahal tanpa disadari akan kenapa-napa. Pada akhirnya
menghasilkan beban seperti masih memikirkan masalah yang sama, masih teringat
dengan hal-hal yang belum terselesaikan. Kata siapa waktu yang akan
menyembuhkan? Waktu bergulir, tapi yang namanya kenangan akan tersimpan di
pikiran sampai maut menjelang.
Hal ini diungkapkan Bronnie Ware,
seorang suster dari Australia, yang sudah bertahun-tahun bekerja di rumah sakit
menuliskan bahwa salah satu penyesalan terbesar pasien-pasien yang ia pernah
tangani adalah ‘tidak mengungkapkan perasaan mereka’. Ia mengungkapkan hal itu
di buku fenomenalnya yang berjudul The
Top Five Regrets of The Dying. Ini bukan buku yang ia karang dengan
imajinasinya. Ia mendapatkan insight tersebut
dari pasien-pasien yang selalu ia temani hingga ajal menjemput.
Buku tersebut sempat booming beberapa tahun lalu karena
mengungkapkan fakta yang sebenarnya tidak mencengangkan dan terbilang umum,
tapi bikin orang merenunginya dengan sangat dalam. Ternyata yang namanya tidak
mengungkapkan perasaan karena merasa akan hidup lebih tenang itu menghasilkan
ketidaktenangan yang lebih besar lagi.
Makanya biar tidak menyesal
nantinya, lupakan dulu ‘Diam Itu Emas’. Bukan berarti ‘Diam Itu Emas’ tidak
boleh dilakukan atau terlarang. ‘Diam Itu Emas’ tetap bermanfaat untuk
kehidupan ketika kamu berurusan dengan hal yang sebenarnya bukan urusanmu dan
tentunya membuat hidupmu lebih santai kayak di pantai.
Dikomunikasikan tetap menjadi kesempatan yang lebih
besar. Ungkapkan biar tidak ada penyesalan nantinya. Utarakan biar masalah yang
melilitmu tidak berlarut-larut. Jangan kabur karena kamu akan tetap dihantui
perasaan bersalah, kecuali jika hatimu terbuat dari batu.
Tidak perlu jauh-jauh mencari bukti bagaimana
mengungkapkan ekspresi itu membuka kesempatan selebar-lebarnya untukmu terbang
lebih jauh, hingga ke Planet Mars sekalian. Hasil dari ‘sekadar mengungkapkan
itu’ sangat mungkin terjadi di luar ekspektasimu.
Ada orang yang berhasil mendapatkan pujaan hatinya
karena mengungkapkan perasaan terpendam bertahun-tahun padahal awalnya ia
begitu insecure menyangka pujaan
hatinya itu akan menolaknya mentah-mentah. Ada orang yang melejit ke posisi
manajer karena proyek yang disarankannya membuat perusahaan menghasilkan cuan
berlipat-lipat padahal awalnya ia takut dicuekin atau lebih parahnya dicemooh
kalau idenya itu tidak penting. Ada orang yang akhirnya mendapatkan keadilan
dari ketidakadilan yang melilitnya selama bertahun-tahun padahal awalnya ia
tidak dipedulikan oleh orang terdekatnya, tapi orang luar yang malah bersedia
membantu.
Apakah berbagai macam keberuntungan di atas bisa kamu
dapatkan ketika kamu diam saja? Oh, tentu saja tidak! Bagaimana orang lain bisa
tahu jika kamu tidak mengutarakan apa-apa? Tidak ada orang lain yang bisa
menebak isi hati dan pikiranmu kecuali Tuhan. Itu yang perlu kamu ingat. Selama
kamu yakin kamu benar, ungkapkan!
Tapi
bicara itu kan sulit! Pada praktiknya memang sulit karena ini adalah
masalah persepsi. Yang menghalangi kita untuk bicara sesuai dengan kata hati adalah
ketakutan yang kita ciptakan sendiri. Persepsi buruk terhadap diri sendiri yang
membuat kita lebih memilih diam. Oleh karena itu coba kita ubah sudut pandang
ke arah lain. Misalnya seperti di bawah ini:
x
Kalau aku bilang pada temanku aku tidak suka dia pinjam uang terus, aku takut
dia akan sakit hati
o Aku bilang pada temanku
aku tidak suka dia pinjam uang terus karena aku juga membutuhkan uangnya, aku
harus memprioritaskan diri dulu.
x
Kalau aku mengekspresikan diri, aku pasti akan ditertawakan
o Kalau aku ingin
mengekspresikan diri, memangnya hal itu akan membuat orang lain tertawa? Aku
kan bukan komedian.
x
Kalau aku bilang tidak, aku takut disangka sebagai orang yang tidak punya
empati.
o Aku ingin bilang tidak
karena aku hanya punya dua tangan dan waktu terbatas 24 jam yang harus
kumanfaatkan sebaik-baiknya.
x
Kalau aku presentasi di depan banyak orang, aku bisa saja bikin kacau acaranya
karena terlalu gugup.
o Aku memang masih perlu
banyak belajar untuk presentasi karena itu aku akan manfaatkan waktu yang ada
sebaik-baiknya untuk latihan.
Lihat, kan? Dari sini bisa kita ambil kesimpulan bahwa
mengungkapkan, mengekspresikan diri kita pada yang lain adalah sesuatu yang
bisa kontrol dengan mengendalikan persepsi di pikiran. Sangat sangat bisa oleh
karena itu ada ungkapan ‘Berpikirlah Sebelum Berbicara’. Hal itu sebenarnya
bukan mengarah pada konsekuensi yang akan diterima, tapi pada persiapan yang
kamu lakukan agar yang jadi tujuan komunikasimu bisa memahami yang kamu
utarakan.
Jika kamu mengalami kesialan karena hal yang kamu
ungkapkan, kamu tetap menjadi orang yang beruntung karena sudah berhasil
melakukannya dengan baik. Selamat untukmu! Tidak ada lagi yang perlu dipendam,
tidak ada lagi yang perlu kamu selangi. Dan kamu pun akan lebih siap untuk maju
ke depan tanpa terbayangi oleh masa lalu.
Feedback
orang lain yang tidak sesuai dengan harapanmu, tidak perlu kamu masukkan ke
hati karena kamu memang tidak memiliki kemampuan mengontrolnya. Itu termasuk
pada dunia yang berada di luar jangkauanmu, dan bukan menjadi otoritasmu juga.
Masing-masing orang di dunia ini hanya mampu mengendalikan dirinya sendiri.
Jadi, ketika kamu merasa
mengungkapkan akan memberikan manfaat dan membawa perubahan yang diinginkan,
maka ungkapkanlah biar hantu tidak seram tapi selalu bergentayangan yang bernama
penyesalan itu jauh-jauh dari kehidupanmu. Diam biar tenang atau bicara biar
tidak ada penyesalan.