Wednesday, 23 December 2020

Tidak Apa-Apa Ibu, Ketidaksempurnaanmu adalah Kesempurnaan

 

Bagaimana kabar Ibu hari ini? Apakah masih terjebak dalam kubangan overthinking yang membuat gelisah sepanjang hari? Apakah suara sumbang yang berasal dari luar itu sering membuatmu pergi jauh ke dalam lubang keputusasaan?

            Ibu, peranmu begitu besar, hingga hal-hal kecil pun akan selalu diingat. Ibu dituntut menjadi sosok yang sempurna dan serba bisa, padahal kaki dan tangan Ibu hanya ada dua. Tidak sanggup menopang dunia seorang diri.

            Ibu tidak perlu mengikuti standar yang dibuat oleh manusia karena manusia memang tempatnya salah. Yang Ibu bisa lakukan adalah menyadari bahwa Ibu memang manusia yang tidak sempurna dan menerima hal itu dengan lapang dada. Jadi, tidak apa-apa, Ibu. Tidak apa-apa jika Ibu merasakan hal-hal lumrah di bawah ini.

1.             Tidak apa-apa jika Ibu marah

Ibu, kemarahan timbul karena dunia ini tidak sesuai dengan harapan. Ibu marah karena kakak menumpahkan minuman. Ibu marah karena Ayah yang menempatkan handuk basah di atas kasur yang spreinya baru diganti. Ibu marah karena adik baru pulang ke rumah nyaris magrib sehabis bermain dengan teman-temannya.

Selama tidak berujung dan bertujuan pada kekerasan, kemarahan Ibu hal yang wajar karena untuk melindungi keluarga. Kemarahan Ibu justru akan menuntut keluarga ke jalan yang sudah seharusnya.

2.             Tidak apa-apa jika Ibu mengeluh

Ibu, keluhan timbul ketika banyak hal yang terjadi di luar kendali Ibu. Di dunia ini justru lebih banyak hal yang terjadi di luar keinginan kita. Dunia berjalan dengan sendirinya, Ibu tidak bisa mengendalikannya. Harga barang pokok naik, tarif listrik naik, tiba-tiba mesin cuci rusak padahal cucian sedang banyak, dan masalah-masalah lain yang sering bikin ibu pusing tujuh keliling.

Keluhan Ibu menandakan bahwa kehidupan masyarakat kita perlu banyak dibenahi. Negara memerlukan keluhan Ibu untuk menjadi lebih baik ke depannya. Jadi, tidak apa-apa jika Ibu mengeluh. Keluhan Ibu perlu didengarkan oleh banyak orang.

3.             Tidak apa-apa jika Ibu tidak memasak

Ibu, mengurus keluarga adalah kegiatan yang menyita waktu dan tidak akan berhenti sampai kapan pun. Ibu tidak sempat memasak karena pekerjaan Ibu menumpuk. Jika ada orang yang membantu pekerjaan Ibu, Ibu termasuk beruntung. Jika tidak ada yang membantu, Ibu tidak perlu mengerjakan semuanya sampai harus sempurna dan selesai di satu waktu.

Sekarang, Ibu bisa memesan makanan secara online. Atau Ibu tinggal belanja makanan jadi yang ada di dekat rumah. Jika ada yang memudahkan, pilih yang mudah saja demi hidup yang lebih tenang dan waras. Atau Ayah yang masak pun tidak masalah.

4.             Tidak apa-apa jika Ibu bergantung pada Ayah

Ibu, mengurus anak-anak seorang diri dengan kedua tangan Ibu adalah hal yang luar biasa. Ibu mungkin akan berpikir bahwa akan lebih baik jika Ibu bisa mencari uang sendiri. Namun, hal itu tidak Ibu lakukan karena Ibu takut anak-anak akan terlantar.

Ibu tidak masalah jika harus bergantung pada suami. Suami adalah kepala keluarga dan kewajibannya adalah menafkahi dan memastikan kebutuhan keluarga harus terpenuhi. Ibu adalah penjaga terkuat di rumah yang tidak bisa diremehkan. Dengan hadirnya Ibu di rumah, rumah akan terasa lebih hidup.

5.             Tidak apa-apa jika Ibu ingin melanjutkan cita-cita

Ibu, melanjutkan cita-cita memang tidak mudah. Ibu beruntung mendapatkan dukungan dari keluarga karena itu lanjutkan terus apa yang sudah Ibu mulai. Mungkin Ibu akan merasa bersalah karena terlalu sering meninggalkan keluarga.

Ibu, semuanya sudah diatur dengan baik. Ketika Ibu tidak hadir di rumah, anak-anak akan lebih mandiri dari anak-anak sebayanya. Ibu masih punya rumah untuk pulang. Keluarga Ibu tidak akan ke mana-mana. Mereka akan tetap menyambut Ibu dengan sukacita.

6.             Tidak apa-apa jika Ibu beristirahat

Ibu, setelah berjam-jam bekerja dengan tangan yang semakin keriput karena sering terkena air, dengan rambut yang kusut karena belum sempat menyisir, dengan baju lusuh yang belum diganti karena belum sempat mandi, atau dengan eyeliner luntur setelah mengikuti segala meeting seharian di kantor. Setelah berkutat dengan semua pekerjaan itu, Ibu beristirahatlah yang cukup. Seperti artikel yang tertera di TheAsianParent yang menyebutkan bahwa Ibu perlu me time untuk mencegah depresi.

Ibu bisa menonton drama Korea yang Ibu sukai, membaca buku yang sudah lama menumpuk di lemari, atau menyantap camilan yang sudah sedari dulu Ibu beli. Ibu tidak perlu mengkhawatirkan hari esok. Yang penting sekarang Ibu bisa istirahat tanpa ada gangguan apa pun. Rebahan adalah kunci kewarasan hidup yang paling hakiki.

7.             Semua Ibu berhak dihargai dan bahagia

            Ibu, ketidaksempurnaanmu adalah kesempurnaan yang sesungguhnya. Ibu tidak harus bisa segalanya. Ibu hanya cukup menjadi diri sendiri dan menjalani hidup dengan perjuangan dan rasa syukur. Tidak apa-apa, Ibu. Semuanya akan berjalan baik-baik saja. Ibu berhak menjadi sosok yang bahagia tanpa harus memenuhi standar yang dibuat manusia. Ibu juga berhak untuk dihargai tanpa harus didikte oleh orang yang tidak berhak mendikte. Kebahagiaan Ibu akan membuat seisi keluarga pun berbahagia. Jadi, jangan lupa bahagia Ibu.


Yang Dilakukan Orangtua Ketika Anak Memilih Jalan Hidup Berbeda

 

            Anak yang sudah dewasa, biasanya akan memilih kehidupannya sendiri. Seringkali hal ini memunculkan perdebatan dari orangtua. Terutama jika hal tersebut sudah menyangkut cita-cita, karir, memilih pasangan, dan sebagainya.

            Orangtua adakalanya tidak sreg dengan pilihan anak karena beberapa alasan. Biasanya orangtua sering merasa paling tahu yang terbaik untuk anak, padahal tidak selamanya seperti itu. Orangtua bisa saja salah dalam menilai anak, begitu juga sebaliknya. Seperti artikel di situs TheAsianParent tentang konflik anak dengan orangtua. Konflik antara anak dan orangtua memang bukan makanan baru.

Orangtua wajar tidak setuju, tapi sebaiknya menempatkan diri di posisi sang anak terlebih dahulu. Artinya orangtua sebaiknya bukan langsung menyampaikan ketidaksetujuan itu, lalu serta-merta melarang anak untuk lebih maju ke depan.

            Sebenarnya wajar orangtua meragu terhadap pilihan anak karena khawatir anak salah memilih jalan atau takut anak tidak akan bahagia. Namun, tetap saja ketakutan itu harus dikelola lebih jauh dan ditelaah kembali, apakah semua memang demi kepentingan pribadi atau benar-benar untuk anak?

            Di bawah ini adalah hal-hal yang sebaiknya dilakukan ketika anak memilih jalan hidup yang berbeda dari yang diinginkan orangtua.

1.      Dengarkan yang anak ingin sampaikan

Sebelum orangtua menilai pilihan hidup anak, dengarkan terlebih dahulu hal yang ingin anak sampaikan. Dengarkan sampai dia selesai dengan penjelasannya. Setelah itu orangtua bisa menanyakan apa saja yang berkaitan dengan rencana sang anak. Kenapa dia memilih hal itu. Apakah rencana tersebut sudah disiapkan dengan matang.

Lalu, ketika melihat kemantapan anak untuk mengambil keputusan itu, tidak ada salahnya orangtua mendukung pilihan anak. Dukungan ini akan membuatnya lebih yakin untuk lebih melangkah ke depan.

2.      Kebahagiaan anak adalah nomor satu

Apa yang orangtua lakukan ketika anaknya yang masih kecil bersedih? Pasti melakukan berbagai macam cara agar anak bisa tersenyum atau tertawa kembali. Orangtua pasti akan bahagia melihat anak berbahagia. Terkadang orangtua merasa paling tahu tentang anak, dan apa saja yang terbaik untuk anak.

Semakin anak beranjak dewasa, dia pasti menemukan jati dirinya sendiri. Ketika dia berbaur dengan masyarakat yang lebih luas, ada banyak hal yang ditemukannya, yang mungkin belum pernah orangtua lalui sebelumnya. Di sinilah orangtua harus menaruh rasa percaya pada anak. Percaya bahwa anak bisa bahagia dengan pilihannya itu dan ke depannya dia akan baik-baik saja.



3.      Anak bukan milik orangtua

Orangtua yang memutuskan melahirkan anak dengan kesadaran penuh. Lalu, orangtua berkewajiban memenuhi kebutuhan anak dan mengurusnya hingga anak dapat merawat dirinya sendiri. Di awal pertumbuhan orangtua yang mengarahkan semuanya karena anak masih dalam proses belajar. Sangat wajar ketika itu anak bergantung pada orangtuanya. Setelah dewasa, orangtua seharusnya sudah bisa melepaskan tangan dari anak.

Hal itu karena anak dititipkan pada orangtua, bukan untuk dimiliki sepenuhnya. Yang memiliki anak adalah dirinya sendiri. Ketika orangtua masih mengatur anak saat dia beranjak dewasa, anak akan kesulitan bertanggung jawab pada dirinya. Ketika orangtua yang gagal mencapai cita-citanya, lalu memaksa anak untuk melanjutkan cita-cita yang tidak ingin anak lakukan bukan tindakan yang dibenarkan.

Membiarkan anak berjalan di lahannya sendiri adalah bentuk kasih sayang yang orangtua bisa berikan pada anak yang sudah beranjak dewasa.

4.      Menjaga komunikasi dengan anak

Ketika orangtua sudah melepas anak untuk menggapai masa depannya sendiri, tetaplah menjaga komunikasi yang baik dengannya. Tidak ada salahnya menelepon setiap hari. Anak pun pasti akan senang dihubungi lebih dulu. Atau anak yang menghubungi orangtua lebih dulu. Bentuk komunikasi apa pun bisa, asalkan antara anak dan orangtua tidak ada putus komunikasi.

Jangan sampai karena pilihan yang berbeda, sampai memutuskan hubungan. Semuanya masih dapat dibicarakan dengan baik. Komunikasi adalah kunci utamanya.

5.      Yakinkan anak bahwa dia bisa kapan saja kembali pada orangtuanya

Tidak ada yang tahu bagaimana masa depan nanti. Pilihan yang telah diambil bisa saja berakhir sesuai dengan harapan, yang berarti sudah sepantasnya disyukuri. Ketika tidak sesuai harapan, jangan serta-merta menyalahkan diri sendiri atau bahkan menyalahkan anak.

Untuk itulah setelah menyatakan mendukungnya, katakan pada anak bahwa dia boleh kembali kapan saja ke rumah. Rumah tempat dia dibesarkan akan menjadi tempat yang aman dan nyaman untuknya dalam menghadapi kegagalan. Bahwa kehidupan ini bukan masalah bisa atau tidak, tapi memang begitu adanya, penuh misteri dan kejutan yang tidak terprediksi.

Anak yang dulu begitu kecil dan diurus dengan penuh kasih sayang, sekarang memiliki jalannya sendiri. Yang bisa orangtua lakukan adalah mendukung, percaya, dan menunggu. Sejauh apa pun anak melangkah, dia akan tetap bisa menemukan jalan pulang. Anak yang diberikan kasih sayang yang mendalam tidak akan pernah lupa dengan rumahnya sendiri.           

Sementara itu, orangtua bisa melihat kembali mimpi-mimpinya yang sempat tertunda dulu. Tidak ada salahnya memulai memupuk mimpi di umur yang terbilang tua. Selama hidup masih berjalan, hal-hal mengasyikkan perlu dicoba.