Wrote by PrettyAngelia
Serial Adiwira (Superhero) Indonesia, written by Pretty Angelia Wuisan
BACA DI SINI: https://www.wattpad.com/user/pretty_angelia
Novel Jilid #1 = Mereka Semua Mati di Umur 55 Tahun (On Going)
Novel Jilid #2 = Jannah (Coming Soon)
Novel Jilid #3 = Jahannam (Coming Soon)
Novel Jilid #4 = Surga dan Neraka (Coming Soon)
Sinopsis
global:
Di
tahun 2022 setelah badai covid yang membuat Indonesia kehilangan jutaan jiwa penduduk, tiba-tiba saja ada fenomena aneh yang dialami masyarakat
khususnya mereka yang berumur 55 tahun ke atas, mereka meledak seperti bom secara
misterius.
Hero
kita, Sayap (20) yang awalnya tidak mengetahui fakta itu, membawa ibunya kabur
setelah melihat sendiri Presiden Suroso ditembak mati oleh polisi. Ia curiga
orang yang berumur 55 tahun ke atas dibunuh, tapi alasannya tidak ia ketahui pasti.
Dugaan
Sayap benar! Tapi fakta yang ada begitu mengerikan! Ternyata para orang tua
berumur 55 tahun itu dibunuh karena ditakutkan akan meledak, pemerintah sampai
melakukan tindakan ekstrim untuk melindungi masyarakat yang lain.
Namun,
ada juga Elang Putih, kelompok anak muda yang dilatih sebagai mesin pembunuh
oleh Kementerian Pertahanan, tapi melakukan sabotase dan memberontak dari
pemerintah. Mereka punya misi sendiri, yaitu menculik para orang berumur 55
tahun untuk dijadikan senjata mematikan. Mereka ingin menguasai Indonesia yang
dipimpin oleh para anak-anak muda yang merasa diremehkan. Anak-anak muda ini gila
semua dan jahatnya minta ampun!
Sebenarnya,
kenapa para orang berumur 55 tahun ke atas itu meledak?
Dan
apa yang harus Sayap lakukan untuk menyelamatkan ibunya? Apakah ia sanggup
melihat ibunya meledak? Karena seminggu lagi, ibunya akan berumur 55 tahun....
Wrote by PrettyAngelia
어려웠지?
그래도 한 번 도전해 본 걸 후회하지 않잖아? 이제 더 이상 궁금하지도 않지.
이번 장학금을 준비하면서 정말 많은 좋은 사람들이 "장학금 꼭 합격하길 바란다!"라고 응원해 줬어.
그래서 떨어졌을 땐 슬펐지만, 그래도 웃을 수 있었어.
아직 기회는 남아 있어! 다시 도전할 용기 있지?
이제 지난 실패를 갚아주자.
지금은 널 응원하는 사람들이 더 많아!
.
Bahasa Indonesia:
Sulit, ya?
Tapi nggak menyesal kan pernah mencoba? Nggak penasaran lagi.
Yang diingat dalam perjalanan meraih beasiswa ini, banyak banget orang baik yang mendoakan, "Semoga lolos beasiswanya ya."
Makanya walaupun pas nggak lolos sedih, masih bisa senyum-senyum juga.
Masih ada kesempatan, berani coba lagi, kan?
Ayo, kita bayar kegagalan yang dulu-dulu.
Sekarang yang dukung kamu banyak!
Wrote by PrettyAngelia
Some people fear rejection, and that is okay. I am also afraid of rejection. But the curiosity beat up my fear to the point I better rejected than having this emotional harness of curiosity for the rest of my life.
At first, when I tried something, I would be impulsive. I want to try as soon as possible. I want to get an instant result. So, what did I get? Of course, I failed. I am completely unaware. Is it a result that matters for me or the reason why I should get that opportunity.
I always think that when something happens that is not in my favor, it is because I am not good or not worth it enough. This has happened not just in my relationships with people but also in my long-term career.
As I get older, when I want something, I still want to try to achieve it with my own hands. And fortunately, it was acceptable for me if I were rejected because I am not that impulsive anymore. Every achievement that I want, I plan it from zero, and it always starts with why.
And my mindset changed completely. It was not because I was not good enough. The reason I was rejected was because I was not suitable for that chance, or it was not the best for me. When I put this mindset in my mind, even though I failed, I am not afraid to try again.
Hence, I still have so many dreams that I want to achieve. I am not afraid of rejection anymore, and it is okay if I fail over and over again. I will try again until the last breath!
Wrote by PrettyAngelia
Seni Romansa di Umur 30 Tahun ++
Zaman remaja dulu mencintai itu kayak naik bom bom
car. Tabrak sana-sini, minta bantuan kenalan sama teman, kirim surat, dan
lain-lain. Lalu, tiba-tiba cowok yang aku sukai pacaran sama orang lain. Dan
pada waktu itu, move on dengan mudahnya haha. Dasar aku, cewek yang cuma berani
ngode tanpa nyatain langsung duluan.
Umur 20 tahunan, caraku mencintai
itu lebih gawat lagi. Pindah ke Bandung dan tinggal di sana selama 5 tahun,
ketemu sama orang yang ngerasa sefrekuensi. Jatuh cinta lebih lama, walaupun
pada saat itu nggak pacaran sama beliau. Pengalamannya pasti dijadiin cerpen
atau ceritanya dimodifikasi buat jadi novel saking ngerasa cocoknya ama ini orang.
Tapi hasilnya sama aja, bukan jodohnya. Aku memutuskan berkarier di Jakarta,
dia di Bandung. Kebayang kalau bersama, memang nggak akan ketemu.
Setelah ditinggal menikah dua kali
sama orang yang dulu sangat-sangat kuinginkan, jadi mendatangkan banyak
pelajaran. Kalau bukan dia orangnya, sebaper apapun, sekhusyuk gimana pun aku
berdoa (kayaknya ini juga doanya masih nggak benar atau masih kurang haha), ya
memang bukan dia orangnya.
Terus beberapa tahun berlalu,
ternyata aku fine-fine aja hidup tanpa mereka. Sepatah-patahnya hati aku, tidak
menyurutkan aku untuk tetap berprestasi, menghasilkan karya, dan belajar
hal-hal baru. Awal-awal memang menyakitkan, tapi pas dijalani dengan melihat ke
depan, menetralkan hati bukan hal yang sulit. Bukan berarti melupakan total ya,
tapi jadi nggak kepikiran saja. Dan itu bagiku lebih dari cukup.
Setelah itu tidak terlalu ngoyo soal
cinta. Ada yang datang dan pergi, silakan aja haha. Pengalaman paling unik
adalah di tahun 2018 mau dikenalin sama cowok lebih tua 7 tahun. Dianya nggak
mau, nggak ngasih alasan juga kenapa nggak mau. Aku mikirnya, oh mungkin aku
terlalu muda buat dia.
Dan
aku rileks aja nggak baper. Terus yang bikin aku terheran-heran adalah di tahun
2022, 4 tahun kemudian orang itu datang kembali bilang mau coba kenalan. Empat
tahun yang aku nggak pernah mikirin ini orang, tiba-tiba mau. Aku nanya, kenapa
tiba-tiba mau kenalan lebih jauh? Jawabnya cuma nggak kenapa-napa haha.
Ya
udah coba chattingan 1 hari, cuma feelingku nggak enak sepanjang chatan sama
beliau, akhirnya aku akhiri dengan kalimat sesopan mungkin. Alhamdulillah
beliau mau menerima.
Dalam
mencari Mr. Right sekarang aku pakai mindfulness. Penuh dengan kesadaran, dan
kuncinya adalah nggak baper duluan. Logika lebih dipakai dibandingkan
hati, dan itu works di segala case karena nggak buang-buang waktu.
Membuat aku juga mendekati orang
potensial dengan cara yang lebih rileks. Nggak berharap secara berlebihan, dan
mengedepankan logika. Kalau merasa oke, ayo ngobrol sebentar. Kalau nggak oke,
aku nggak ragu bilang stop. Pas lakinya tiba-tiba ghosting atau acuh tak acuh,
nggak maksa orangnya buat jelasin kenapa tiba-tiba hilang, biarkan saja dia
pergi.
Atau
kemudian bersikap biasa seolah tidak ada apa-apa di antara kita. Move on dengan
mudah karena tidak baper duluan. Walaupun kadang kepikiran juga, cari di mana
lagi ya haha.
Orang mikirnya kalau udah masuk umur
30 tahun itu nggak akan ngoyo lagi cari jodoh. Kalau aku sebaliknya, malah
lebih selektif, belajar untuk lebih sabar, dan cinta datangnya bisa belakangan.
Pokoknya jadi lebih hati-hati dan penilaian nomor satu tetap sama. Doi harus
takut sama Allah atau punya potensi takut sama Allah dilihat dari action-nya (action
ya bukan kata-kata.)
Mencari sosok potensial dengan
mindfulness itu nyaman banget sebenarnya. Kita jadi nggak memaksakan kehendak,
kayak whatever happen happen lah. Nggak pakai drama, alias jadi lebih ikhlas
aja. Dan kita juga bisa menolak dengan cara elegan tanpa menyakiti orangnya.
Atau pas orangnya tiba-tiba hilang nggak nyariin dan nggak kepikiran, yaudah
aja gitu.
Walaupun gagal, tidak kapok untuk
terus mencoba buka hati dengan yang lain. Kalau ngerasa nggak cocok, nggak ragu
bilang sampai di sini aja. Kalau cocok, yaudah dicoba dulu.
Jadi, untuk jiwa-jiwa umur 30 tahunan
yang belum menemukan setengah dari hatinya, tidak perlu khawatir, waktu yang
tepat akan datang. Fokus ke dirimu dulu, kembangkan potensi, tapi jangan lupa
memperhatikan sekitar. Karena biasanya yang mau sama kamu itu datangnya nggak
terduga, tiba-tiba aja nongol pas lagi nggak expect apa-apa. Bisa jadi udah
kenal lama, teman main, dikenalin teman, atau orang yang ketemu secara random (ini
ada tangan Allah yang buat kalian ketemu lho).
Semangat terus mencari cinta sejati
dengan penuh kesadaran dan nggak baper duluan!
Wrote by PrettyAngelia
Pepatah ‘Diam Itu Emas’ harusnya ditambahkan dengan embel-embel ‘Syarat dan Ketentuan Berlaku’ karena pada praktiknya, bukan menjadi solusi nomor satu bagi kehidupan manusia yang sudah ribet dan semakin ribet seperti benang kusut ketika semakin dewasa, apalagi jika sering berinteraksi dengan dunia luar.
Maksudnya adalah ‘Diam Itu Emas’ akan sangat bermanfaat digunakan dalam keadaan tertentu yang sifatnya mendesak, di hal yang bukan menjadi urusanmu, yang pada intinya ketika diam kamu akan terhindar dari masalah yang memang sedari awal seharusnya tidak menjeratmu.
Namun, hal ini tidak selalu bisa dipraktekkan karena kenyataannya semua orang sudah seharusnya mengungkapkan apa yang ada di pikiran dan isi hatinya ke dunia. Karena kalau yang ada di pikiranmu hanya ‘Diam Itu Emas’, akibatnya sebenarnya tidak fatal sampai bikin meninggal, tapi akan membebanimu seumur hidup dengan nama sebuah penyesalan.
Intinya mereka yang kebanyakan diam dalam hidupnya, enggan mengungkapkan ide yang dimiliknya, takut menyampaikan apa yang ia rasakan di dalam hatinya, itu tidak akan ke mana-mana alias berjalan di tempat. Menyongsong tempat kosong dan meyakinkan pada diri bahwa, “Ah, nggak akan kenapa-napa.
Padahal tanpa disadari akan kenapa-napa. Pada akhirnya menghasilkan beban seperti masih memikirkan masalah yang sama, masih teringat dengan hal-hal yang belum terselesaikan. Kata siapa waktu yang akan menyembuhkan? Waktu bergulir, tapi yang namanya kenangan akan tersimpan di pikiran sampai maut menjelang.
Hal ini diungkapkan Bronnie Ware, seorang suster dari Australia, yang sudah bertahun-tahun bekerja di rumah sakit menuliskan bahwa salah satu penyesalan terbesar pasien-pasien yang ia pernah tangani adalah ‘tidak mengungkapkan perasaan mereka’. Ia mengungkapkan hal itu di buku fenomenalnya yang berjudul The Top Five Regrets of The Dying. Ini bukan buku yang ia karang dengan imajinasinya. Ia mendapatkan insight tersebut dari pasien-pasien yang selalu ia temani hingga ajal menjemput.
Buku tersebut sempat booming beberapa tahun lalu karena mengungkapkan fakta yang sebenarnya tidak mencengangkan dan terbilang umum, tapi bikin orang merenunginya dengan sangat dalam. Ternyata yang namanya tidak mengungkapkan perasaan karena merasa akan hidup lebih tenang itu menghasilkan ketidaktenangan yang lebih besar lagi.
Makanya biar tidak menyesal nantinya, lupakan dulu ‘Diam Itu Emas’. Bukan berarti ‘Diam Itu Emas’ tidak boleh dilakukan atau terlarang. ‘Diam Itu Emas’ tetap bermanfaat untuk kehidupan ketika kamu berurusan dengan hal yang sebenarnya bukan urusanmu dan tentunya membuat hidupmu lebih santai kayak di pantai.
Dikomunikasikan tetap menjadi kesempatan yang lebih besar. Ungkapkan biar tidak ada penyesalan nantinya. Utarakan biar masalah yang melilitmu tidak berlarut-larut. Jangan kabur karena kamu akan tetap dihantui perasaan bersalah, kecuali jika hatimu terbuat dari batu.
Tidak perlu jauh-jauh mencari bukti bagaimana mengungkapkan ekspresi itu membuka kesempatan selebar-lebarnya untukmu terbang lebih jauh, hingga ke Planet Mars sekalian. Hasil dari ‘sekadar mengungkapkan itu’ sangat mungkin terjadi di luar ekspektasimu.
Ada orang yang berhasil mendapatkan pujaan hatinya karena mengungkapkan perasaan terpendam bertahun-tahun padahal awalnya ia begitu insecure menyangka pujaan hatinya itu akan menolaknya mentah-mentah. Ada orang yang melejit ke posisi manajer karena proyek yang disarankannya membuat perusahaan menghasilkan cuan berlipat-lipat padahal awalnya ia takut dicuekin atau lebih parahnya dicemooh kalau idenya itu tidak penting. Ada orang yang akhirnya mendapatkan keadilan dari ketidakadilan yang melilitnya selama bertahun-tahun padahal awalnya ia tidak dipedulikan oleh orang terdekatnya, tapi orang luar yang malah bersedia membantu.
Apakah berbagai macam keberuntungan di atas bisa kamu dapatkan ketika kamu diam saja? Oh, tentu saja tidak! Bagaimana orang lain bisa tahu jika kamu tidak mengutarakan apa-apa? Tidak ada orang lain yang bisa menebak isi hati dan pikiranmu kecuali Tuhan. Itu yang perlu kamu ingat. Selama kamu yakin kamu benar, ungkapkan!
Tapi bicara itu kan sulit! Pada praktiknya memang sulit karena ini adalah masalah persepsi. Yang menghalangi kita untuk bicara sesuai dengan kata hati adalah ketakutan yang kita ciptakan sendiri. Persepsi buruk terhadap diri sendiri yang membuat kita lebih memilih diam. Oleh karena itu coba kita ubah sudut pandang ke arah lain. Misalnya seperti di bawah ini:
x
Kalau aku bilang pada temanku aku tidak suka dia pinjam uang terus, aku takut
dia akan sakit hati
o Aku bilang pada temanku
aku tidak suka dia pinjam uang terus karena aku juga membutuhkan uangnya, aku
harus memprioritaskan diri dulu.
x
Kalau aku mengekspresikan diri, aku pasti akan ditertawakan
o Kalau aku ingin
mengekspresikan diri, memangnya hal itu akan membuat orang lain tertawa? Aku
kan bukan komedian.
x
Kalau aku bilang tidak, aku takut disangka sebagai orang yang tidak punya
empati.
o Aku ingin bilang tidak
karena aku hanya punya dua tangan dan waktu terbatas 24 jam yang harus
kumanfaatkan sebaik-baiknya.
x
Kalau aku presentasi di depan banyak orang, aku bisa saja bikin kacau acaranya
karena terlalu gugup.
o Aku memang masih perlu
banyak belajar untuk presentasi karena itu aku akan manfaatkan waktu yang ada
sebaik-baiknya untuk latihan.
Lihat, kan? Dari sini bisa kita ambil kesimpulan bahwa
mengungkapkan, mengekspresikan diri kita pada yang lain adalah sesuatu yang
bisa kontrol dengan mengendalikan persepsi di pikiran. Sangat sangat bisa oleh
karena itu ada ungkapan ‘Berpikirlah Sebelum Berbicara’. Hal itu sebenarnya
bukan mengarah pada konsekuensi yang akan diterima, tapi pada persiapan yang
kamu lakukan agar yang jadi tujuan komunikasimu bisa memahami yang kamu
utarakan.
Jika kamu mengalami kesialan karena hal yang kamu
ungkapkan, kamu tetap menjadi orang yang beruntung karena sudah berhasil
melakukannya dengan baik. Selamat untukmu! Tidak ada lagi yang perlu dipendam,
tidak ada lagi yang perlu kamu selangi. Dan kamu pun akan lebih siap untuk maju
ke depan tanpa terbayangi oleh masa lalu.
Feedback
orang lain yang tidak sesuai dengan harapanmu, tidak perlu kamu masukkan ke
hati karena kamu memang tidak memiliki kemampuan mengontrolnya. Itu termasuk
pada dunia yang berada di luar jangkauanmu, dan bukan menjadi otoritasmu juga.
Masing-masing orang di dunia ini hanya mampu mengendalikan dirinya sendiri.
Jadi, ketika kamu merasa
mengungkapkan akan memberikan manfaat dan membawa perubahan yang diinginkan,
maka ungkapkanlah biar hantu tidak seram tapi selalu bergentayangan yang bernama
penyesalan itu jauh-jauh dari kehidupanmu. Diam biar tenang atau bicara biar
tidak ada penyesalan.
Wrote by PrettyAngelia